Senin, 28 Januari 2013

MANDOR DALAM KEBUN SAWIT

Memang dalam perkebunan kelapa sawit selalu ada yang namanya mandor.mandor tugasny masing-masing sesuai fungsinya.dalam setiap divisi/afdeling biasanya ada 4-5mandor.
Pembagian mandor:
1.Ada namanya Mandor 1,Mandor 1 adalah kepala para mandor dan sebagai bawahan assisten.untuk masalah gaji Mandor 1 lebih besar dari para mandor dan kerani,dan biasanya mendapat premi panen sekian persen dari hasil panen dari para pemanen.denagan hitungan tonas
2.Selain mandor1 ada Mandor perawatan kalau sawit baru mulai tanam sampai panen.tugas adalah mengawasi karyawan yang kerjaanya merawat sawit.
3.Ada juga Mandor semprot.tugasnya ngawasi orang-orang yang nyemprot gulma sawit.
4.Ada juga mandor borong.bisanya kalau kebun baru nanam pekerjaan banyak yang borongan.dan mereka semua di bawah kendali assisten divis

KERANI PERKEBUNAN SAWIT

Kerani adalah sebuah jabatan yang ada dalam perkebunan kelapa sawit.setara dengan mandor.yang berfungsi sebagai adminitrasinya divisi atau afdeling.tugasnya adalah menerima dan mencatat laporan dari mandor dan permintan dari assisten.memang sih fungsi kerani dalam setiap kebun berbeda-beda.Ada kebun yang mefungsikan kerani sebagai pencatat atau pembuat laporan dari divisi saja,ada juga yang mefungsikan prmbuat laporan sekaligus input data ke komputer,merakap daftar upah karyawan divisi.intinya kerani adalah
prmbantu adminitrasinya assisten.
PHANJUL JENDRAL.28-01-2013 KERANG DAYO.

MINYAK BINTANG KALIMANTAN

Kisah ini berasal dari kepercayaan orang Dayak Bukit di daerah Sampanahan, daerah di ujung tenggara pulau Kalimantan berseberangan dengan Kotabaru Pulau Laut Kalimantan Selatan. Orang tua di sana bercerita secara turun temurun mengenai kisah seorang pemuda bernama Tanghi yang berubah menjadi Balian Mambur (tabib sakti menurut kepercayaan Kaharingan).Menurut cerita, ada seorang anak bernama Tanghi yang sejak kecil sudah ditinggal mati kedua orang tuanya. Hidupnya tidak karuan dan luntang lantung mengharap belas kasihan orang. Akhirnya di kampung itu ada seorang duda yang merasa kasihan dengan Tanghi dan mengangkatnya menjadianak. Tanghi kemudian dewasa dengan bimbingan dan lindungan oleh orang yang sudah dianggapnyaayah ini. Dia diajari bertanam, berburu, dan berbagai keahlian hidup lainnya. Tanghi merasa sangat menyayangi dan menghormati ayah angkatnya ini. Tiba-tiba bencana kembali mendatangi hidup Tanghi, ayah angkatnya yang sangat disayangi meninggal dunia. Sebagai remaja tanggung Tanghi sangat terpukul dan tidak tentu arah memikirkan nasib hidupnya kelak. Setelah ayahnya selesai dikuburkan, Tanghi tidak mau meninggalkan kuburan ayahnya ini, dia terus menerus menangis dan meratapi kepergian ayahnya. Selama tiga hari tiga malam Tanghi menjagai kuburan ayahnya, pada malam ketiga Tanghimerasa kelelahan dan tertidur di dekat kuburan itu.Pada saat itulah datangBumburaya(sejenis hantu pemakan mayat),menurut kepercayaan lama, Bumburaya ini akan datang setelah orang mati dikuburkan untuk memakan mayatnya, ini sebabnya ada kepercayaan Kaharingan menunggui orang mati sampai tiga hari di kuburannya. Selama tiga hari Tanghi menangis dikuburan ayahnya itu ternyata Bumburaya tidak berani mendekat, setelah Tanghi tertidur dikira Bumburaya kuburan itu sudah tidak ada lagi yang menjaganya. Mulailah Bumburaya dengan ganasnya menggali tanah untuk mencari mayat di dalamnya, Tanghi yang tadi tertidur tiba-tiba terbangun mendengar bunyi kuburan digali. Tanghi mencari-cari asal suara itu, dilihatnya di dalam kuburan ada makhluk asing yang hanya pernah didengarnya dari cerita orang tua dulu. Di sekitar kuburan yang digali tadi terdapatSalipang(tas kecil dari rotan yang digantungkan di bahu), menurut cerita salipang ini adalah tempat Bumburaya menyimpan ilmu kesaktiannya. Dengan mengendap-endap Tanghi mendekati salipang yang ditinggal di atas liang dan segera mengambilnya, Bumburaya terkejutmencium bau manusia hidup, segera ia bangkit dengan pandangan mengerikan dan mengancam didekatinya Tanghi yang sedang memegang salipang miliknya. Tetapi Tanghi tidak merasa gentar, karena dalam kesedihannya ia tidak peduli lagi apakah hidup atau mati.Melihat manusia yang ada dihadapannya tidak takut, Bumburaya melunak dan berusaha membujuk Tanghi untuk mengembalikan salipang miliknya. Rupanya tanpa salipang miliknya Bumburaya tidak memiliki kekuatanapa-apa kalau ingin menghadapi manusia.“bulikakan pang salipang ampun diaku” bujuk Bumburaya. (kembalikan salipang milikku)“kada handak, ikam sudah maulah idabul lawan kuburan abah diaku” tolak Tanghi (tidak mau, kamu sudah berlaku jahat terhadap kuburan ayahku)“lamun kada handak mambulikakanjua kubunuh ikam!” ancam Bumburaya (kalau tidak mau mengembalikan akan kubunuh)“bunuh ha, aku ni kadada guna hidup di dunia lagi, kadada wadah mangadu, kadada rumah wadah banaung, baik aku mati ha daripadamarista mananggung darita” tantang Tanghi (bunuhlah, tidak adagunanya lagi aku hidup di dunia, tidak ada tempat mengadu dan rumah tempat bernaung, lebih baik mati saja daripada merana menanggung derita)“ikam masih halus, mun balum masanya mati kada kawa diaku mambunuh ikam” kata Bumburaya (kamu masih kecil, kalau belum waktunya mati, aku tidak bisa membunuh kamu)Adegan bujuk membujuk ini berlangsung lama, Tanghi tetap pada pendiriannya untuk minta bunuh, minta mati kepada Bumburaya. Sedangkan Bumburayatidak mau membunuh Tanghi karena menurutnya belum waktunya Tanghi mati. Akhirnya Tanghi membujuk Bumburaya untuk menghidupkan kembali ayahnya, tetapi Bumburaya memberi peringatan bahwa tubuh ayahnya sudah sebagian hancur apabila dihidupkan akan menjadi bentuk yang mengerikan. Tanghi bersedia apapun bentuk ayahnya asal bisa tetap hidup bersamanya. Maka mulailah Bumburaya menghidupkan ayah Tanghi, ternyata memang benar saat ayah Tanghi bangkit, matanya dan sebagian besar tubuh sudah dimakan ulat dan mengerikan. Tanghi melihat kondisi ayahnya malah ketakutan, ia minta kepada Bumburaya untuk mengembalikan saja ayahnya dalam kubur. Bumburaya pun kembali mematikan ayah Tanghi dan mengembalikan mayatnya dalam kubur.Setelah keinginan Tanghi dipenuhi ternyata Tanghi tetap tidak mau mengembalikan salipang milik Bumburaya. Tidak kehabisan akal Bumburaya pun membujuk Tanghi dengan kesaktian miliknya.“apa maksud ikam” tanya Tanghi (apa maksudmu)“gasan ikam kubariakan minyak nang ada di dalam salipang itu, minyaknya bahasiat banar, urang garing wan urang nang sudah mati kawa ikam tambai mun disapuakan minyak ngini” terang Bumburaya (untukmu kuberikan minyak yang ada di dalam salipang, minyaknya sangat berkhasiat, orang sakit dan orang mati bisa disembuhkan kalaudiusapkan minyak ini)“mun kaya itu, aku hakun” kata Tanghi (kalau begitu aku bersedia)“tapi ada sabuting syaratnya, ikam kada bulih jauh-jauh manambai urang, batasnya kada bulih tapamalam di wadah urang nang ikam datangi itu” kata Bumburaya lagi (tapi ada satu syaratnya, kamu tidak boleh terlalu jauh mengobati orang, batasnya tidak boleh sampai bermalam di tempat orang yang akan diobati)“kanapa kaya itu?” tanya Tanghi (mengapa seperti itu?)“mun ikam kawa sakahandak hati maubati urang nang garing sampai jauh-jauh, kadada lagi kena urang mati maka kadada lagi mayat gasan aku makan” Bumburaya menerangkan (kalau kamu bisa sekehendak hati mengobati orang sampai jauh, tidak ada lagi orang yang mati, maka tidak ada mayat untuk aku makan)Tanghi pun setuju, dikembalikannyasalipang milik Bumburaya, setelah itu segera Bumburaya memberikan ilmunya serta minyak untuk mengobati orang sakit bahkan orang yang sudah mati kepada Tanghi. Akhirnya Tanghi menjadipananambaan(tabib) yang sanggup mengobati sakit apa saja dan menghidupkan kembali orang yang mati. Nama Tanghi semakin terkenal, berduyun-duyun orang menemuinya, bagi yang sakit ringandatang sendiri, yang sakit berat didatangi ke rumah tetapi Tanghi tetap memegang syarat untuk tidak terlalu jauhmenambai(mengobati) orang. Karena ketenarannya itu ia mendapat gelar Balian Mambur konon cara Balian ini masih dipakai sampai sekarang.Dalam kepercayaan Kaharingan, upacara Balian dilakukan dengan cara : mula-mula keluarga si sakit menyediakan sepotong kayu yang diukir menyerupai manusia, ada juga berbentuk Naga dan Ular terbuat dari kayu Pulantan yang ringan. Di tengah balai disediakan tempat berbentuk lingkaran yang bernamalanggatan( tempat meletakkan peralatan upacara) disini diletakkan patung sebagai lambang dewa-dewa yang dipuja. Selama melakukan balian, gendang dibunyikan dan gelang hiyang dihentakan. Gelang Hiyang terbuat dari gangsa dan jumlah yang dipakai oleh seorang Balian menunjukkan kesaktiannya. Balian tingkat tertinggi memakai 3 gelang hiyang. Langgatan dihiasi pula dengan anyaman pucuk enau, di dalamnya diletakkan bakul dengan bermacam motif dan bentuk. Motif dan bentuk bakul ini ada yang dinamakan pipit mandi, mayang merekah, naga maulit (melingkar) dan sebagainya. Isi bakul merupakan sesajian bagi dewa-dewa berupa beras, lamang, ayam, dan lain-lain sesuai keinginanBalian. Kerja Balian dalam mengobati ini disebut batutulung. Dalam upacara batutulung orang yang sakit diletakkan membujur, dan selama siang malam sang Balianbatandik(menari setengah loncat) di sekeliling orang sampai akhirnya sembuh.Beberapa tahun kemudian Tanghi sudah tua dan berkeluarga serta semakin terkenal. Rupanya dengan ketenarannya itu dan niat baik Tanghi membuatnya lupa untuk tidak mengobati orang jauh-jauh sehingga Bumburaya tidak mempunyai makanan mayat lagi di sekitar sana dan akhirnya pergi meninggalkan Tanghi. Akibatnya ada orang yang iri dan mengetahui rahasia perjanjian Tanghi dengan Bumburaya. Saat Tanghi melakukanpengobatan yang jauh, orang yang iri itu menculik anak dan istri Tanghi kemudian membunuhnya, supaya Tanghi tidak bisa lagi menghidupkan dibakarnya mayat mereka berdua dan abunya dibuang ke sungai.Saat Tanghi pulang dia tidak menemukan anak dan istrinya, kata orang kampung mereka berdua sudah dibunuh dan dibakar tanpa ada sisa mayatnya lagi. Mendengar ini Tanghi pun kehilangan semangathidup, pikirnya buat apa dia bisa mengobati orang tetapi keluarga sendiri tidak bisa disembuhkan. Akhirnya Tanghi bertekad tidak ingin lagi menemui manusia, dia bersumpah bila manusia ingin bantuannya harus mengadakan upacara balian delapan hari delapan malam tanpa makan dan tidur terus menerus batandik. Setelah mengucapkan sumpah itu Tanghi menghilang jasadnya mendewata dan tidak bisa lagi ditemui manusia.Sejak saat itu di kepercayaan Kaharingan bermunculan Balian-Balian lainnya untuk melakukan pengobatan tetapi tidak ada yang sehebat Balian Mambur yang sampai bisa menghidupkan orang mati. Balian yang lain selalu berupaya memanggil Balian Mambur tetapi tidak ada yang sanggup. Menurut kepercayaan apabila ada orang Dayak bukit sakit kemudian diobati Balian tetapi tidakberhasil berarti Balian Mambur tidak sudi datang menolong mereka.

SUKU DAYAK PASER

SUKU DAYAK

SUKU DAYAK PASIR

1. A. Sejarah Singkat

Suku Pasir adalah suku bangsa yang tanah asalnya berada di tenggara Kalimantan Timur yaitu di Kabupaten Pasir dan Kabupaten Penajam Paser Utara. Suku Pasir sebagian besar beragama Islam dan telah mendirikan kerajaan Islam yaitu Kesultanan Pasir (Kerajaan Sadurangas) jadi termasuk ke dalam suku yang berbudaya Melayu (budaya kesultanan/lingkungan hukum adat Melayu). Kemungkinan suku Pasir masih berkerabat dengan suku Dayak Lawangan yang termasuk suku Dayak dari rumpun Ot Danum. Suku Pasir sekarang menyebut dirinya dengan nama Paser. Orang Paser telah mengakui dirinya sebagai orang Dayak. Pengakuan ini dapat terlihat dengan bergabungnya Lembaga Adat Paser d/h Orang Paser ke dalam organisasi Dayak yaitu Persekutuan Dayak Kalimantan Timur (PDKT).

1. 1. Potensi wilayah

Kabupaten Penajam Paser Utara memiliki Sumber Daya Alam yang cukup banyak dan beragam, baik sumber daya hutan berikut hasil ikutannya, perkebunan, pertanian, perikanan, peternakan serta pertambangan. Potensi ekonomi tersebut merupakan peluang bagi penduduk untuk menambah pendapatan mereka dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

1. 2. Pariwisata

Potensi Pariwisata di Kabupaten Penajam Paser Utara sangat didukung oleh letak posisinya yang stragesi sebagai pintu gerbang trans Kalimantan serta menjadi lalu lintas perdagangan antar propinsi.

B. WISATA BAHARI DI KABUPATEN PASIR

DAN KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA 1. 1. Pantai Tanjung Jumlai

Pantai Tanjung Jumlai memiiki lebar pantai kurang lebih 100-150 meter dengan bentangan pantai sepanjang 15 km. Pantai Tanjung Jumlai memiliki panorama yang eksotis dan memiliki pasir kwarsa kasar sehingga dasar laut dapat terlihat jelas. Selain bisa menikmati kawasan pantai yang asri, kawasan pantai Tnjung Jumlai juga memiliki areal yang bisa digunakan sebagai areal perkemahan.

1. 2. Pantai Sipakario (Nipah-Nipah)

Pantai Sipakario yang oleh masyarakat Kabupaten Penajam Paser Utara biasa disebut dengan “Pantai Nipah-Nipah” mempunyai letak yang strategis karena berada tepat diteluk Balikpapan dan berjarak 8 Km dari pusat pemerintahan Kabupaten Penajam Paser Utara. Sunset juga dapat dinikmati dari Pantai Sipakario.

1. 3. Pulau Gusung

Obyek Wisata Pulau Gusung berada di kawasan Pantai Tanjung Jumlai memiliki 4 gugusan Pasir Gusung atau timbunan pasir laut yang dikelilingi areal terumbu karang (coral reef) yang terdiri dari 56 jenis karang dan 47 jenis ikan, baik ikan yang dapat dikonsumsi maupun ikan hias. Selain itu, diperairan Pulau Gusung juga terdapat salah satu jenis ikan langka yang dilindungi yaitu Ikan Napoleon. Menariknya, sekitar 80 % terumbu karang yang ditemukan di kawasan Pulau Pusung adalah terumbu karang hidup yang langka dan kini sulit ditemukan.

C. WISATA SENI DAN BUDAYA Penduduk asli dari Kabupaten Penajam Paser Utara adalah Suku Dayak Paser. Namun hingga saat ini Suku Dayak Paser seolah-olah menjadi suku minoritas karena mereka bermukim di pelosok-pelosok dan pedalaman. Seni dan budaya Kabupaten Penajam Paser Utara pun tidak terlepas dari kebudayaan suku Dayak Paser.

1. Pesta adat a) Pesta Adat Nondoi

Nondoi merupakan pesta adat suku Dayak Paser. Pesta Adat Nondoi dilaksanakan 2 tahun sekali. Dalam Pesta Adat Nondoi dilaksanakan upacara pesta panen, syukuran, pagelaran tari dan lain-lain.

b) Pesta Pantai Sipakario

Pesta Pantai Sipakario diadakan dalam rangka memperingati HUT Kabupaten Penajam Paser Utara. Pesta Pantai Sipakario diadakan setiap tahun. Adapun materi acara adalah Festival Layang-Layang dan Lomba Perahu Hias, parade band, pagelaran tari dan lain-lain.

c) Pesta Pantai Lango

Pesta Adat Pantai Lango diadakan dalam rangka memperingati bulan Safar. Rangkaian upacara yang diadakan adalah pelarungan sesaji ke laut dengan tujuan agar penduduk yang bermata pencharian sebagai nelayan diberi kelimpahan hasil laut.

2. Seni Tari a) Uok Botung

Uok Botung artinya Hantu Bambu, adalah tarian pedalaman suku Dayak Paser yang digarap oleh Sanggar Seni Entero Penajam Paser Utara merupakan tarian yang menceritakan tentang keberadaan Uok Botung yang sangat mengganggu ketentaraman masyarakat. Hal tersebut membuat prihatin 5 orang pemuda yang kemudian tergerak semangatnya untuk membantu masyarakat mengusir Uok Botung tersebut. Namun karena Uok Botung memiliki kesaktian yang amat sangat luar biasa maka kelima Pemuda tersebut tidak dapat mengalahkan Uok Botung. Hal tersebut kemudian membuat iba Dewi Bumi dan merasa harus turun tangan membantu ke 5 pemuda tersebut dengan cara menurunkan kesaktiannya. Akhirnya berkat bantuan Dewi Bumi, ke 5 pemuda tersebut mampu mengalahkan UOK BOTUNG dengan cara menerbangkan mandau mereka.

b) Tari Jepen Ampiek Muslimah

Tari Jepen Ampiek Muslimah adalah tarian Pesisir yang mengangkat cerita tentang perilaku gadis muslim pesisir yang beranjak dewasa dan sedang mencari jati diri. Gerak yang mengambil pola kehidupan keseharian wanita muslim dalam menapaki kehidupan, membuat tarian ini menjadi tarian yang dinamis namun tidak terlepas dari norma-norma seorang wanita muslim yang diolah sedemikian rupa sehingga terciptalah sebuah tari dengan gaya dan ciri khas yang terpancar dari kostum dan gerak.

c) Tari Kode Bura (Kera Putih)

Tari Kode Bura menggambarkan seekor kera putih yang mrmcoba melindungi habitat burung Tukuk yang selalu diburu oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab terhadap kelestarian satwa yang dimiliki masyarakat suku Paser.

Pada suatu hari sekelompok burung Tukuk sedang bermain, tanpa mereka sadari bahaya sedang mengintai dan kegembiraan mereka tidaklah berlangsung lama karena salah satu dari mereka tiba-tiba roboh dan mati ditembus anak sumpit seorang pemburu. Datnglah seekor kera putih yang marah terhadap pemburu dan perkelahianpun terjadi antara pemburu dengan kode bura dan pada akhirnya sang pemburu kalah.Seluruh penghuni hutanpun bergembira karena sang pemburu telah tewas. Tarian ini mengingatkan pada kita agar selalu mencintai dan menyayangi hutan dan satwa yang ada agar terhindar dari kepunahan.

d) Tari Rentak Penajam

e) Tari Lenggang Taka

f) Ronggeng Paser

1. Seni Suara Lagu Daerah

a) Dendang Benuo Taka Ciptaan Helena, A.Md

b) Penajam Ku Ciptaan Helena, A.Md

c) Pantai Tanjung Jumlai Ciptaan Helena, A.Md

d) Benuo Taka Abadi Dan Jaya Ciptaan Helena, A.Md

1. D. Permasalahan Lingkungan

Suku Dayak Pasir Tolak Taman Nasional Gunung Lumut

Balikpapan, 4 Pebruari 2008 17:46

Sedikitnya 125 orang Suku Dayak Pasir, yang berdomisili di hutan lindung Gunung Lumut, Kabupaten Pasir, menolak rencana penetapan kawasan itu menjadi Taman Nasional, oleh Pemerintah Kabupaten Pasir, Kalimantan Timur. Penegasan itu disampaikan oleh Ketua Adat suku Dayak Pasir, Jidan, kepada Gatra.com, Senin (4/2).

Menurut Jidan, rencana tersebut akan mengebiri hak-hak ulayat suku Dayak Pasir untuk mengelola hutan lindung Gunung Lumut secara tradisional. Pasalnya, dari 35.000 hektare luas hutan lindung Gunung Lumut, seluas 13.700 hektare merupakan tanah adat yang dititipkan oleh para keturunan suku Dayak Pasir.”Dari hutan itulah kami mencari makan. Dengan berkebun dan berburu,” jelasnya.

Sejauh ini, kata dia, warga suku Dayak Pasir tidak pernah melakukan kegiatan eksploitasi sumber daya alam maupun kegiatan penebangan secara berlebihan.Sebaliknya, justru menjaga kelestarian hutan dari ancaman pembalakan liar oleh sejumlah perusahaan yang mengeksploitasi nikel, termasuk ekpansi lahan sawit dan Hutan Tanam Industri (HTI). “Kami cukup bijak mengelola hutan. Karena sudah amanah para leluhur. Kami ingin mandiri,” ujarnya. Sebaliknya, justru suku Dayak Pasir meminta kepada Bupati Pasir menerbitkan keputusan untuk mengakui keberadaan hutan adat yang selama ini menjadi sumber penghidupan suku Dayak Pasir. Dengan ditetapkannya sebagai kawasan taman nasional, sudah pasti hal itu menyulitkan suku Dayak mengelola hutan. Sebab, dengan status itu, maka segala aktivitas di kawasan hutan lindung akan ditiadakan.

“Izinnya harus sampai ke tingkat pemerintah pusat bila ingin melakukan aktivitas di sebuah kawasan taman nasional,” papar Eksekutif Daerah Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Timur Isal Wardhana.

Dari beberapa kasus yang ada menurut Direktur Yayasan Padi Indonesia, Achmad SJA survei kelayakan sebuah kawasan untuk menjadi taman nasional, masyarakat lokal yang lebih dulu berdomisili tidak pernah dilibatkan. Selalu saja, tim penilaian hanya melibatkan unsur pemerintahan semata.

“Justru suku lokal lebih bijak mengelola hutan. Ini tidak adil, ketika pemilik modal besar hendak mengeksploitasi, izinnya begitu mudah dikeluarkan,” jelasnya.

Berdasarkan hasil monitoring Walhi Kaltim, ada beberapa perusahaan yang kini mengeskploitasi hasil hutan di Gunung Lumut. Salah satunya adalah PT Telaga Mas, salah satu perusahaan HTI dan HPH. Tahun 2007, RKP PT Telaga Mas wilayah konsesinya mencapai 1321.90 hektare dengan volume 51.000 meter kubik kayu gelondongan.

Jumlah ini terus bertambah setiap tahunnya. Tahun 2006 saja, volume kubikasi perusahaan itu mencapai 12.319 meter kubik kayu dengan luasan konsesi 297.20 hektare. Belum lagi ancaman beberapa perusahaan tambang yang mengeksploitasi nikel.

“Semestinya perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Gunung Lumut yang harus ditertibkan terlebih dahulu. Sejauh ini tidak ada jaminan sebuah taman nasional bebas dari kegiatan eksploitasi,” tandasnya.

Bupati Pasir Ridwan Suidi, yang dikonfirmasi secara terpisah menuturkan, rencana penetapan kawasan taman nasional itu didasari oleh permintaan pemerintah pusat yang menetapkan Kalimantan merupakan bagian dari paru-paru dunia.

“Ini ada kepentingan nasional, terutama menyangkut keamanan. Masalah hutan lindung atau hutan adat itu masalah penyebutan saja,” katanya. [ST]