Minggu, 14 Juli 2013

LTE

3GPP Long Term Evolution atau yang biasa disingkat
LTE adalah sebuah standar komunikasi akses data
nirkabel tingkat tinggi yang berbasis pada jaringan
GSM/ EDGE dan UMTS/HSPA. Jaringan antarmuka-
nya tidak cocok dengan jaringan 2G dan 3G , sehingga
harus dioperasikan melalui spektrum nirkabel yang
terpisah. Teknologi ini mampu download sampai dengan
tingkat 300mbps dan upload 75mbps. Layanan LTE
pertama kali dibuka oleh perusahaan TeliaSonera di
Stockholm dan Oslo pada tanggal 14 desember 2009.
3GPP Long Term Evolution, atau lebih dikenal dengan
sebutan LTE dan dipasarkan dengan nama 4G LTE
adalah sebuah standard komunikasi nirkabel berbasis
jaringan GSM/ EDGE dan UMTS/HSDPA untuk aksess
data kecepatan tinggi menggunakan telepon seluler mau
pun perangkat mobile lainnya.
LTE pertama kali diluncurkan oleh TeliaSonera di Oslo
dan Srockholm pada 14 Desember 2009. LTE adalah
teknologi yang didaulat akan menggantikan UMTS/
HSDPA. LTE diperkirakan akan menjadi standarisasi
telepon selular secara global yang pertama.
Walaupun dipasarkan sebagai teknologi 4G , LTE yang
dipasarkan sekarang belum dapat disebut sebagai teknologi
4G sepenuhnya. LTE yang di tetapkan 3GPP pada release
8 dan 9 belum memenuhi standarisasi organisasi ITU-R.
Teknologi LTE Advanced yang dipastikan akan memenuhi
persyaratan untuk disebut sebagai teknologi 4G.
Sekilas tentang LTE
LTE sudah mulai dikembangkan oleh 3GPP sejak tahun
2004. Faktor-faktor yang menyebabkan 3GPP
mengembangakan teknologi LTE antara lain adalah
permintaan dari para pengguna untuk peningkatan
kecepatan akses data dan kualitas servis serta memastikan
berlanjutnya daya saing sistem 3G pada masa depan.
3GPP LTE mewakili kemajuan besar didalam teknologi
selular. LTE di rancang untuk memenuhi kebutuhan
operator akan akses data dan media angkut yang
berkecepatan tinggi serta menyokong kapasitas teknologi
suara untuk beberapa dekade mendatang. LTE meliputi
data berkecepatan tinggi, multimedia unicast dan servis
penyiaraan multimedia. Selain itu LTE diperkirakan
dapat membawa komunikas pada tahap yang lebih tinggi,
tidak hanya menghubungkan manusia saja tetapi dapat
juga menyambungkan mesin.

Teknologi LTE dan layanannya
Teknologi LTE secara teoritis menawarkan kecepatan
downlink hingga 300 Mbps dan Uplink 75 Mbps.
LTE menggunakan Orthogonal Frequency Division
Mutiplexing (OFDM) yang mentransmisikan data
melaului banyak operator spektrum radio yang masing-
masing nya sebesar 180 kHz. OFDM melakukan
transmisi dengan cara membagi aliran data menjadi
banyak aliran-aliran yang lebih lambat yang
ditransmisikan secra serentak. Dengan menggunakan
OFDM memperekecil kemungkinan terjadinya efek multi
path.
Meningkatakan kecepatan transmisi secara
keseluruhan, channel transmisi yang digunakan LTE
diperbesar dengan cara meningkatan kuantitas jumlah
operator spectrum radio tanpa mengganti parameter
channel spectrum radio itu sendiri. LTE harus bisa
beradaptasi sesuai jumlah bandwith yang tersedia.
LTE mengadopsi pendekatan all-IP. Menggunakan
arsitektur jaringan all-IP ini menyederhanakan
rancangan dan implementasi dari antar muka LTE,
jaringan radio dan jaringan inti, hingga memungkinkan
industri wireless untuk beroprasi layaknya fixed-line
network.
Agar menjadi universal, perangkat mobile yang
berbasis LTE harus juga mampu menyokong GSM,
GPRS, EDGE dan UMTS. Jika dilihat dari sisi
jaringan, antar muka dan protocol di tempatkan di
tempat yang memungkinkan terjadinya perpindahan data
selancar mungkin jika pengguna berpindah tempat ke
daerah yang memiliki teknologi antar muka yang berbeda.
↑Kembali ke bagian sebelumnya
Arsitektur Jaringan dan
Antarmuka dari Teknologi LTE
Secara keseluruhan jaringan arsitektur LTE sama dengan
teknologi GSM dan UMTS. Secara mendasar, jaringan di
bagi menjadi bagian jaringan radio dan bagian jaringan
inti. Walaupun begitu, jumlah bagian jaringan logis
dikurangi untuk melangsingkan aristektur secara
keseluruhan dan mengurangi biaya serta latensi di dalam
jaringan.
↑Kembali ke bagian sebelumnya
Pengaturan teknlogi LTE
Transmisi data dalam LTE baik dalam arah uplink
maupun downlink dikontrol oleh jaringan. Proses ini sama
seperti teknologi GSM maupun UMTS. Di dalam sistem
LTE, pengaturan sepenuhnya dikontrol oleh eNode-B.
Pengaturan Downlink
Pada arah downlink, eNode-B bertanggung jawab untuk
menyampaikan data yang diterima dari jaringan kepada
para pengguna, melalui antar muka udara.
Pengaturan Uplink
Untuk mendapatkan informasi, perangkat mobil harus
mengirimkan permintaan penugasaan kepada eNode-B.
Prosedur Dasar
Perangkat LTE yang cenderung lebih data sentris akan
memulai pencarian jaringan yang sesuai terdahulu. Jika
perangkat tidak menemukan cell LTE maka perangkat
akan menggunakan teknologi cell UMTS dan GSM.
Setelah perangkat mobile informasi untuk untuk bisa
mengakses jaringan terpenuhi, maka perangkat akan
melakukan prosedur attach. Prosedur attach memberikan
alamat IP dan perangkat mobile mulai bisa mengirim
dan menerima data dari jaringan.
Pada teknologi GSM dan UMTS perangkat bisa
tersambung dengan jaringan tanpa alamat IP, namun
pada teknologi LTE perangkat haru memiliki alamat IP
agar tersambung dengan jaringan.
↑Kembali ke bagian sebelumnya
Jaringan telepon
Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya LTE
menggunakan jaringan all-IP. Sedangkan telepon pada
GSM dan UMTS menggunakan circuit switching.
Dengan pengadopsian teknologi LTE, maka para operator
harus merencanakan ulang jaringan telepon mereka.
Munculah tiga pendekatan yang dapat digunakan:
CSFB (Circuit Switched Fallback): Pada pendekatan
ini, LTE hanya menyediakan servis data dan ketika
telepon dilakukan atau diterima maka akan kembali
menggunakan circuit switching. Kerugian yang
didapatkan adalah pengaturan telepon mengambil waktu
yang lebih lama.
SVLTE (Simultaneous Voice and LTE): Pada
pendekatan ini ponsel bekerja sebagai LTE dan circuit
switching secara bersamaan. Kekurangan pada pendekatan
ini adalah ponsel cenderung memiliki harga mahal dan
menggunakan konsumsi tenaga yang tinggi.
VoLTE (Voice over LTE): Pendekatan ini berbasis pada
IP multimedia subsistem, yang bertujuan menyokong
akses telepon dan multimedia melalui terminal nirkabel.
Selain ketiga pendekatan diatas, terdapat alternatif lain
yang tidak diinisiasikan oleh operator yaitu , Over-the-
top-content servis , menggunakan aplikasi seperti skype
dan google talk untu menyediakan servis telepon bagi LTE.
Walupun begitu sekarang dan beberapa masa kedapan,
servis telepon masih menjadi pemasukan utama bagi
operator mobile. Maka menggantungkan servis telepon
LTE sepenuhnya pada OTT, merupakan suatu tindakan
yang tidak akan menerima banyak dukungan dari
industri telekomunikasi.
↑Kembali ke bagian sebelumnya
Hak Cipta LTE
Menurut database milik European Telecommunications
Standart Institute (ETSI), terdapat 50 perusahaan yang
yang memiliki hak paten dari LTE.
↑Kembali ke bagian sebelumnya
Kekurangan Teknologi LTE
Kekurangan yang dimiliki oleh teknologi LTE antara lain
adalah biaya untuk infrastruktur jaringan baru realtif
mahal. Selain itu jika jaringan harus diperbaharui maka
peralatan baru harus diinstal.
Selain itu teknologi LTE menggunakan MIMO (Multiple
Input Multiple Output), teknologi yang memerlukan
antena tambahan pada pancaran pangakalan jaringan
untuk transmisi data. Sebagai akibatnya jika terjadi
pembaharuan jaringan maka pengguna perlu memebeli
mobile device baru guna mengguna infrastruktur
jaringan yang baru.
↑Kembali ke bagian sebelumnya
LTE di Indonesia
Teknologi LTE yang telah diuji coba oleh beberapa
operator di Indonesia bukanlah merupakan teknologi 4G
yang sebenarnya. Teknologi yang telah diuji coba di
Indonesia merupakan LTE release – 8 yang baru
memenuhi spesifikasi 3GPP tapi belum memenuhi
spesifikasi IMT-advanced.
3 operator yang sudah tercatat melakukan uji coba
teknologi LTE adalah Telkomsel, Indosat dan XL Axiata.
Walaupun begitu LTE bisa diturunkan kepasaran kurang
lebih sekitar dua tahun lagi. Mengingat pemerintah yang
sedang berkonsentrasi kepada teknologi WiMAX yang
baru-baru ini diadopsi Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar