Sabtu, 04 Mei 2013

PRIBADI SH TERATE ?

Pribadi orang SH, seperti apa itu?
Sempat diungkap beberapa waktu lalu oleh
sedulur kita di kolom olah rasa, menjadi orang
SH adalah sebuah pilihan hidup.
Kita semua tentu pernah mendengar adagium ”
HIDUP ADALAH SEBUAH PILIHAN ”
Sebagai manusia yang diberi akal budi,dan
kehendak bebas,hidup yang kita jalani mestinya
memang menjadi sebuah pilihan.
Setelah memilih, tentu ada sederet konsekuensi
yang mengikuti. Salah satunya menyangkut
pribadi. Pribadi orang SH memang sepatutnya
mencerminkan pribadi yang sesuai dengan nilai-
nilai ajaran SH. Tidak perlu menggunakan
bahasa yang sulit untuk menjelaskannya.
Dimulai dari diri sendiri, dimana belajar menjadi
pribadi yang mensyukuri nikmat, ndak ngoyo,
tapi tetap berusaha memberikan yang terbaik
dalam hidup.
Mungkin usia saya terlalu muda untuk mengajari
tentang hidup, tapi belajar dari pengalaman
yang tak seberapa membawa saya menjadi
pribadi yang terus berusaha menjiwai ajaran SH.
Sehingga menjadi pribadi yang lebih mudah
bersyukur dalam mensyukuri segala nikmat-Nya.
Suatu kewajaran saat langkah terantuk
hambatan, mungkin akan merasakan
keputusasaan yang akhirnya melemahkan diri
sendiri. Tapi, setelah merenungkan satu petuah
dalam ajaran SH, bahwa “Sepiro gedhene
sengsoro yen tinompo amung dadi cobo”, saya
mulai merangkak untuk tetap bisa tegar dan
berjuang di tengah langkah yang mungkin tak
selalu mudah. Karena dari awal selalu membawa
pikiran positif, inilah hidup. Gak ada hidup yang
lurus-lurus saja, atau mulus-mulus saja.
Mungkin ini baru satu dari sekian banyak
petuah untuk menjadi pribadi SH, bagaimana
menjadi pribadi yang kuat, tak pantang
menyerah, dan terus berfikiran positif dalam
menerima jalan hidup yang Tuhan berikan.
Bukankah ditengah takdir, ada nasib yang masih
bisa kita ubah?
Dengan mencoba menjadi pribadi SH, saya
belajar mengerti hidup yang sebenarnya. Seperti
menjadi pribadi yang nerimo, bahwa apa yang
datang, itu pasti akan pergi, bahwa apa yang
pernah ada, suatu saat akan tiada. Bahwa apa
yang dipunya, tak kekal sifatnya. Semoga bisa
menjadi renungan bersama.
*Untuk saya yang pernah merasa kehilangan
sesuatu yang dinilai berharga, mungkin itu
adalah cara Tuhan untuk mengingatkan
mahluknya dengan cara yang lebih dekat.
phanjul jendral.warga 2001/PONOROGO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar